Metode Wafa Sebagai Pengajaran Al-Quran di SD TQ Muhammad Al Fatih





SD TQ Muhammad al-Fatih, dalam konteks pendidikan dan implementasi kurikulum Al-Qur'an, memiliki pendekatan yang sangat terstruktur, berfokus pada pengembangan kemampuan hafalan dan bacaan Al-Qur'an yang sesuai dengan kaidah tajwid. Berikut adalah beberapa poin utama terkait implementasi kurikulum tersebut:

  1. Pendekatan Fokus pada Hafalan dan Bacaan Al-Qur'an Sesuai Tajwid
    Implementasi kurikulum ini sangat berfokus pada dua aspek utama:

    • Hafalan Al-Qur'an: Siswa diharapkan dapat menghafal ayat-ayat Al-Qur'an dengan baik. Menghafal Al-Qur'an bukan hanya sekadar mengingat teks, tetapi juga memastikan kualitas hafalan yang kuat dan stabil.
    • Bacaan Al-Qur'an Sesuai Tajwid: Pembelajaran tajwid yang benar sangat diperhatikan, untuk memastikan bacaan Al-Qur'an dilakukan dengan benar sesuai dengan kaidah yang diajarkan oleh para ahli tajwid. Ini meliputi penguasaan hukum-hukum tajwid yang mempengaruhi pelafalan huruf dan tanda baca dalam Al-Qur'an.
  2. Metode Wafa
    Metode Wafa adalah metode yang sering digunakan dalam pembelajaran hafalan Al-Qur'an, yang menekankan pada pengulangan (tahfiz) yang berkesinambungan dan penguatan hafalan melalui review yang rutin. Metode ini bertujuan agar hafalan yang didapat siswa lebih lancar dan mutqin
    Dalam konteks ini, metode Wafa mengedepankan sistem pengulangaqan dan peneguhan hafalan yang juga diimbangi dengan penekanan pada kualitas bacaan (tajwid). Dengan demikian, hafalan yang dicapai tidak hanya sekadar hafalan semata, tetapi juga bacaan yang benar.

  3. Kelompok Kecil (7-8 Siswa per Kelompok)
    Pembelajaran Al-Qur'an dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 7-8 siswa. Pembelajaran dalam kelompok kecil memiliki berbagai keuntungan, di antaranya:

    • Pendekatan Lebih Personal: Setiap siswa dapat lebih fokus, dan pengajaran dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing siswa.
    • Keterlibatan yang Lebih Aktif: Siswa lebih terlibat dalam proses belajar mengajar dan lebih mudah diawasi dalam perkembangan hafalan serta bacaan mereka.
    • Interaksi yang Lebih Baik: Siswa dapat saling memotivasi dan memberikan umpan balik satu sama lain, mempercepat proses belajar.


  4. Tes Hafalan (Tasmi)
    Setelah siswa mencapai target hafalan tertentu, akan ada tes hafalan yang dikenal dengan istilah tasmi. Tasmi bertujuan untuk menguji apakah hafalan siswa sudah benar dan sesuai dengan standar yang telah ditentukan. tes hafalan akan diujikan oleh Ustadz yusroni Lc (Al-hafidz), dan Ustadzah lina Eni S.Pd. (Al-hafidzah).  Tes ini tidak hanya mengukur seberapa banyak hafalan yang telah dicapai, tetapi juga kualitas hafalan dan bacaan siswa sesuai dengan tajwid yang benar.


Dengan metode yang terstruktur ini, diharapkan siswa tidak hanya menghafal Al-Qur'an, tetapi juga memahami dan melaksanakan bacaan dengan benar. Selain itu, melalui sistem tes hafalan, akan ada kontrol dan evaluasi yang memastikan kualitas hafalan dan pemahaman tajwid siswa.

Pendekatan semacam ini sangat cocok untuk menciptakan lingkungan yang mendukung penguasaan Al-Qur'an secara menyeluruh, baik dari segi hafalan maupun bacaan yang benar.

: